Sabtu, 25 Mei 2013

Tertukar

Cek kesehatan yang dilakukan Pram dan istrinya menampakkan hasil.
Istrinya menderita sakit yang terbilang parah dan Pram dinyatakan sehat-sehat saja, padahal mereka sama-sama merasakan keluhan yang hampir sama.

***

Pram membelai rambut istri tercintanya, memberinya semangat untuk memantapkan langkah sang  istri, bertemu dengan orang yang sangat istrinya cintai di masa lalu.
Izin yang di berikannya salah satu tanda cintanya pada sang istri yang menderita sakit, yang menurut ramalan dokter waktunya tak lama lagi.
Tanpa ragu Pram yang menyarankan pertemuan itu, dia ingin istrinya bahagia, sebahagia dirinya yang nanti akan mewarisi semua harta.

Pertemuan yang indah itu, ditutup dengan pelukkan hangat pasangan yang saling mencintai dimasa lalu itu. Dan Pram mengabadikannya dengan foto, setelah membiarkan mereka berdua sesaat, menggenang masa di mana mereka pernah bersama.
Rona bahagia terlihat jelas pada wajah istrinya,"Terima kasih sayang, aku bahagia hari ini".
Pram tersenyum dan membatin, aku juga bahagia esok hari.

***
Pemakaman ini sepi, sesepi hati Pram yang menyesali diri karena pengatur pertemuan tempo hari, perih, ketika mendengar perkataan tetangganya yang melayat tadi,"Iya, pak Pram udah ngizinin bu Pram balik ke mantan pacarnya dulu, mungkin dia tau, dia mau pergi".

Dokter itu ternyata salah diagnosa. Tertukar.

#End
 tulisan ini latihan untuk MFF.

Jumat, 17 Mei 2013

Remote

Sebisanya aku menahan nafas, takut terdengar olehnya, sungguh, peluh sudah membasahi baju tipisku, pembunuhan itu terjadi tepat didepan mataku, sadis tuh orang, tidak berperasaan.
Teriakkan ampun sang korban tidak sedikitpun membuatnya mundur. Tusukkan demi tusukkan yang dilakukannya pada korban, membuatku menutup mataku dengan jemari yang sedikit ku longgarkan. Darah mulai terlihat membanjiri lantainya.

Kulipat badanku agar terlihat mengecil di pojokan, menghindar dan mencoba sembunyi, hingga handphoneku berbunyi tiba-tiba, pas di saat mata pembunuh itu menatapku.

Deg!

***

"Hallo.." bisikku perlahan.
"Jangan diputar dulu filmnya ya..bentar lagi nyampe nih, mau nonton bareng".

Ku raih remote, lalu memilih tombol off.

***

#Belajar di MFF menyenangkan, dengan temans yang hebat !
luv u all..tooss!

Minggu, 12 Mei 2013

penyergapan


Sepasang mata yang tajam bak elang, bersembunyi di balik kacamata hitam murahan, seolah-olah buta, dengan tongkat kayu yang biasa. Bajunya usang, lengkap dengan alat bantu dengar yang terpasang menyolok. Tugas baru memerlukan identitas yang baru pula.
Topi yang sengaja dibukanya mulai terisi dengan aneka koin.

tiba-tiba...
"Kijang satu bergerak! Kearah pukul tiga, Target pink mendekat" alat bantu dengarnya berbisik pelan. Terdengar suara gaduh ditengah keramaian, di kerumunan orang-orang yang berdesakkan, yang sedang menunggu kereta. Lalu hening.

***

"Selamat, kerja yang bagus! Ada barang bukti". Sang komandan melirik bungkusan ganja kering di meja.
"Terima kasih pak" si mata elang memberi hormat.
"Identitas pink?"
"Putri bapak.."
"Apaa..?!"

***






Minggu, 05 Mei 2013

Prompt # 12 Konde

Aku terkejut saat aku secara tak sengaja menyenggol sesuatu yang besar dan menyembul.
Astaga! Konde? Tapi, siapa yang pakai konde di rumah ini?

Kuraih konde yang membuat pikiranku bekerja, rumah kost ini penghuninya semua pria, tapi kenapa ada konde?. Konde itu besar dengan tiga hiasan berwarna emas.
Terdengar suara langkah kaki mendekat, tanganku dengan cepat meraih selembar koran yang tergeletak disitu, lalu menutupnya, agar tak ada yang tau aku sudah melihatnya.
"Sam.." suara stereo Budi membuatku menolehnya.
"Ya.."
"Ada cerita aneh yang baru beredar". Aku melihatnya dengan pandangan geli yang tak bisa ku sembunyikan, katanya sebuah konde mendatangi orang yang akan memakainya, dan orang yang terpilih itu tak akan bisa menolak, siapapun dia. Zaman sudah canggih kok masih percaya dengan yang begituan.
"Konde kan hanya dipakai wanita, kalau kita gak mungkinlah," kataku dengan yakin, lalu terdengar suara gamelan dengan nada yang indah, dengan gerak cepat dan nyaris kompak, aku dan Budi bergegas menoleh kearah datangnya suara yang makin jelas terdengar, lalu tampak seorang penari memakai kebaya lengkap dengan hiasan wajah, dan konde di kepala, dan wajah itu wajahku, aku terpaku.

Hahh..

 "Sam...Sam..bangun, gak kuliah? Katanya masuk pagi, gak jadi deh aku nitip kiriman buat kakakku ya, nanti biar aku yang ngirim sendiri" suara stereo Budi, sangat membantu Sam terbangun dari mimpi, tanpa mendengar dengan pasti apa yang dikatakan Budi. Sam bergegas berdiri, "Waduh..aku telat lagi" katanya panik, sambil setengah berlari menuju kamar mandi, dan tersenggol sebuah bungkusan besar, yang isinya jelas terlihat sebuah konde, dengan tiga hiasan berwarna emas, Sam teringat mimpinya.

Deg!

#End