Rabu, 26 Juni 2013

prompt #18 Lissa dan Lissy

Liburan sekolah kali ini, aku dan saudara kembarku akan menginap di pondok eyang, pondok eyang terletak di daerah dataran tinggi, banyak pepohonan yang sangat menarik, eyang membeli pondok itu khusus untuk di pakai ketika liburan,"Tidak perlu keluar negeri kalau liburan, ke pondok aja, belajar tentang tanaman, pasti menyenangkan" begitu kata eyang beberapa hari yang lalu ketika bunda menelponnya, tinggal di daerah perkotaan membuat kami tidak banyak mengenal nama-nama pepohonan. Yang ada hanya gedung-gedung pencakar langit.

Jadi pilihan berlibur ke pondok eyang adalah pilihan yang tepat menurut bunda,"Selain udaranya segar, kalian berdua juga bisa liburan sambil belajar lho.." itu alasan yang kami terima dari bunda.
Bagiku itu bukan masalah, karena aku menyukai alam yang belum terjamah peradaban, tapi tidak bagi Lissa kembaranku.
"Ada listrik kan bun, di pondok eyang?" tanyanya ragu.
"Tentu sayang, kata eyang ada".
Dan aku tak sabar ingin segera tiba 

***

Pondok itu memiliki 2 kamar, aku dan Lissa tidur sekamar, mungkin karena kelelahan akibat perjalanan jauh, kami masuk kekamar dan langsung tertidur.
Aku terbangun. Lissa yang tidur di sampingku, meronta-ronta dan menjerit. Aku berlari keluar dari kamar. Dengan gerak cepat tanpa bertanya dengannya terlebih dahulu.
Terjadi sedikit kehebohan di tempat yang biasanya tenang dan tentram itu.
"Ada apa?" tanya eyang setengah berlari menuju kearah Lissa yang ku tinggal sendirian.
"Itu eyang...itu.." telunjuknya mengarah ke satu arah. Mata eyang terbelalak sesaat, lalu tawanya meledak di tengah malam yang sunyi.
"Huahahahha....dasar anak kota, ama kecoak aja takut".


***
#End
Setoran prompt untuk MFF



Minggu, 16 Juni 2013

Prompt #16 Desa sunyi

"Lihatlah, setiap pagi Rhe selalu melihat ke desa itu dari balik kaca, sebaiknya ditembok saja" tunjuk Big mama, mengalihkan pandangan Big papa dari makanan yang hendak di santapnya.
"Biarkanlah, nanti Rhe bosan, aku yakin Rhe bakal bosan" ujar Big papa, sembari menyantap makanan ala vegan yang berukuran super size, tepat berada di depannya.
"Rhe..ayo makan, katanya mau besar seperti papa" bujuk Big mama dengan suara lembut keibuan.

***

Rhe memandang desa sunyi itu, di malam hari, tentu saja dengan sembunyi-sembunyi, karena Big mama selalu melarangnya,"Desa sunyi itu kosong Rhe, tidak ada penghuninya" alasan yang selalu sama yang dikatakan Big mama padanya. Karena hampir setiap waktu luang yang dimilikinya, dia selalu ingin memandang desa sunyi itu. Rhe merasa ada sesuatu di desa sunyi itu yang mengusik dirinya, dorongan yang aneh yang belum di pahaminya.
Ada apakah disana? ada siapakah? kenapa aku seperti terpanggil pergi kesana?. Dan Rhe, tidak berani menebar tanya, pada kedua orang tuanya yang berbeda ukuran dengan dirinya, aku masih kecil dan malas makan, benar kata Big mama, kalau mau seperti Big papa, aku harus sering makan, makan dan makan.
Lalu Rhe tenggelam dalam mimpi yang sama, bermain dengan teman-teman yang seukuran dengannya.

***

Di salah satu tempat di desa sunyi itu, seorang ibu menangis di malam-malam yang sama ketika Rhe memandang desa itu, dia mengingat anaknya, yang di ambil paksa oleh keluarga 'Big' beberapa tahun yang lalu dengan beberapa perjanjian yang harus disepakati.
Desa itu harus di kosongi dan keluarga 'Big' itu akan berhenti menjadikan mereka sebagai  'menu' hariannya, hanya karena Big mama ingin mengadopsi Rhe sebagai anaknya.

***

#End
setoran prompt untuk MFF

Sabtu, 08 Juni 2013

Ei

Bandara SIM (Sultan Iskandar Muda) Nanggroe Aceh Darussalam itu terlihat ramai, aku melihat kedatanganmu dengan Ei, jagoan kecilmu yang sangat kau banggakan itu, senyummu langsung bisa ku nikmati,"Hallo Ei" sapaku pada jagoan kecilmu, anak yang menarik, rautnya sangat mirip denganmu. Jantungku berdetak aneh.
"Cuaca yang bagus untuk terbang," ujarmu sambil tersenyum, sepertinya kamu dan Ei sangat menikmati perjalanan tadi.
"Apa kabar Ei?" tanyaku.
"Baik...Tan" jawabannya singkat, mungkin dia bingung memanggilku apa,  sambil menyalamiku. Pertemuan pertama yang sangat kaku.
"Kok cuma Ei yang ditanya?"
"Kamu kan sudah dewasa, menjelang tua malah, pasti bisa menjaga diri dengan baik dan benar" jawabku asal, dari sudut mata aku memperhatikan Ei, anakmu sudah besar, waktu bergerak tanpa kita sadari, dan aku seperti mengenalnya.

Aku mengingatmu sebagai orang yang pernah dekat denganku dimasa lalu, dan kita saling bertukar kabar hampir setiap hari. Hingga akhirnya kita sepakat bertemu hari ini.

***

"Kapan Ei boleh memanggilnya mama, pa?" Ei memandangku dengan wajah polos penuh rindu, khas anak-anak.
"Kapan kita boleh membawa mama, tinggal bersama kita lagi?" 
"Sabar sayang, kita baru saja datang, papa ingin mama mengingatmu dulu".

Aku menghela nafasku, gara-gara tabrakkan itu, istri tercintaku kehilangan ingatannya.

***
#End
Tulisan ini latihan untuk MFF