Minggu, 31 Maret 2013

# Prompt 8 > Kendi ajaib | Home


Wangi yang khas, tanpa harus melihat dia pasti tau siapa yang datang, aku.
Tempatnya mulai sesak dengan bermacam barang tua yang susah laku, kasian pak tua ini, tanpa kehadiranku beberapa hari, dia terlihat repot, apa aku harus membantunya.

Kendi yang berada di sudut ruangan itu mengeluarkan asap dan bergoyang, menarik perhatian pak tua itu, "Diamlah, aku belum memanggilmu, tidakkah kau lihat kita kedatangan tamu.. ". Mataku menatap kendi itu, ku tahan amarah yang tiba-tiba menyelimutiku dan berusaha meredamnya agar tidak meledak, goyangan itu makin keras seakan sengaja menarik perhatian,  kendi itu ternyata telah berpenghuni lagi.

"Kemarilah.. " ajak pak tua itu." Lihatlah banyak barang di sini, kau tinggal pilih.."
Ku gelengkan kepalaku " Tidak..aku hanya mau kendi itu, bukankah kau telah berjanji menjaganya untukku "

"Biarkanlah kendi itu, kau boleh memilih manapun yang kau mau.."
"Benarkah? "
"Iya..katakan sekarang, kau akan mendapatkannya tapi jangan kendi itu.. aku janji "

Aku tersenyum seram, lalu menunjuk ke satu arah, tepat di depanku, "Berikan tubuhmu untuk rumahku..sekarang! "


                   ***

# Tanpa judul 2


Lelahnya nyaris tak terlihat, padahal butiran keringat yang banyak itu membasahi baju yang di kenakannya, hampir tajam nih, dikit lagi. Kalau saja batu asah itu bisa bicara, protesnya pasti terdengar hingga ke rumah sebelah.
"Belum tajam ya Gus? " tanya Zal mulai kurang sabar, dia sudah menyelesaikan tugasnya dan hanya menunggu Agus menyelesaikan pekerjaannya.
"Belum,ada pisau yang lain gak? "
"Gak ada "
"Ini juga bisa, makan waktu dikit " Agus menebas pohon pisang di sampingnya, sekali tebas pohon itu langsung terbagi,  mata Zal melotot ngeri, mendadak ada rasa ngilu di ulu hati, waduh..segitunya. Agus memasang senyum, usahanya tidak sia-sia, pisau yang semula berkarat itu akhirnya kembali ke kodratnya, tajam dan siap menebas sang calon korban.
"Sekarang ya ? " tanya Zal, dia tidak suka melihat Agus berlama-lama dengan tugasnya mengasah pisau, takut terjadi insiden tambahan yang tidak perlu.

"Aduhh.." suara Agus membuat Zal bergidik ngeri, apa kataku, akhirnya kena kan tangannya. Tetesan darah itu, membasahi pohon pisang yang tadi di tebasnya, Zal memalingkan wajah, dia tidak suka melihat darah itu.

                    ***

"Jadi gimana nih, siapa nanti yang memegang pisau itu? "Zal bertanya ingin tau, yang pasti bukan aku, mana tega aku melihat matanya, tapi kalau wujud aslinya sudah berubah tidak akan ada masalah.
" Tenang, ada Maman, dia juga sudah biasa, bagianmu? "
" Beres, setelah Maman selesaikan, serahkan padaku "
" Ayo, keluarkan ayammu dari kandang..."

                   ***

Jumat, 29 Maret 2013

# Karena...

Pemandangan yang bikin darah mendidih, baru seminggu lalu putus dengan pacarnya si Susi yang berprofesi jadi peragawati, sekarang sudah jalan dengan cewek yang lain lagi.
Cepat sekali dapat pengganti, apa memang semua pria seperti itu? sebuah tanya yang tak ingin ku jawab karena akan menambah sedihku, melihatnya tertawa lepas dengan cewek yang belum ku kenal itu benar-benar menggores hati. 
Cewek itu cantik, kulitnya putih, berpostur tinggi dengan rambut panjang yang sedikit bergelombang.
"Namanya Sri, pramugari, cantik kan? " nada suara Rony terdengar jumawa, "Baru sih jadiannya, kemarin " akunya lagi. Cerita yang tak ingin ku dengar, bikin sakit hati. 

                   *** 

Oh langit, dia sampai hati, tidakkah dia tau rasaku yang selalu menunggu, berharapnya jadi kekasihku, tidakkah selama ini aku yang selalu bersamanya, mendukungnya disaat dia terlihat terluka ketika baru putus dengan Susi-nya, walaupun kejadian itu karena aku, yang sangat  terobsesi dengannya, dan tak mau jika dia terlihat dekat dengan orang lain selain aku. Kalau cuma karena berkulit putih, kulitku juga putih, badanku juga tinggi malah aku bisa pastikan takkan mudah berpaling hati.

Apa karena namaku Sanusi?..

                  ***



 

Kamis, 28 Maret 2013

# With Cam, see to see

Jam 10 pagi, Tayya telah rapi, meski hari ini sekolah libur dia tetap bangun pagi, ada yang ingin dikerjakannya di depan lappy, menyapa teman yang dikenalnya baru 2 bulan didunia maya, tanpa pernah saling melihat wajah karena sama-sama memakai gambar kartun untuk foto profil, sesuai waktu yang telah mereka sepakati bersama. Tayya mengambil posisi, salah satu sudut di ruangan kerja papi jadi pilihannya. Biar kelihatan lemari terkunci yang penuh dengan koleksi senjata berburu milik papi, jadi dia tidak main-main denganku, Senyum Tayya terlihat puas, dia memeriksa persiapannya sekali lagi dan siap untuk menyalakan cam di lappy, di sampingnya berdiri bik Titi, yang masih terlihat bingung dengan yang dikerjakan putri tunggal majikannya, yang selalu penuh dengan ide-ide menakjubkan setiap hari.

                   ***

Arman baru menyelesaikan sarapan paginya, lalu menarik kursi, "Duduk di sini aja.." katanya pada peran pengganti, ruang keluarga yang asri jadi pilihannya, Mama pinter menata ruangan ini. Pujinya dalam hati, yakin dengan kesan pertama yang baik akan diterimanya dari Tayya, gara-gara suka dengan tokoh kartun yang sama, mereka jadi dekat. Arman tersenyum membayangkan wajah temannya nanti, seperti apa reaksinya ya?.
Lalu menekan sebuah tombol di PC, cam menyala.

                    ***

Waktu berlalu beberapa saat, wajah yang semula di haruskan senyum itu, berubah terkejut, lalu terdengar sepatah kata "Hahh.." Tayya buru-buru menekan tombol web cam di lappy-nya, mati. Mata beningnya menatap penuh selidik, "Kenapa bik? " tanyanya mencari jawaban di sela rasa terkejut bik Titi yang belum pulih, "Dia temannya non Tayya ya? ".
Tayya menyimak cerita Bik Titi,  jadi si Arman itu pacarnya bik Titi waktu di kampung, yang mau menikahinya tapi gak jadi dan punya nama asli Udin. Berarti yang jadi temanku ?!.. 

                    ***

Ternyata namamu Titi, pacarnya mang Udin sopir, kenapa harus pakai nama Tayya sih, biar kelihatan keren kali ya. Senyum Arman mengembang, ada sebuah ide, Tangannya mulai menulis, besok jam 3 sore di solong Coffe ku tunggu.

                    ***

#End
tulisan ini latihan untuk MFF






Senin, 25 Maret 2013

# Tanpa judul 1

Dan terlihat sibuk dengan PC-nya, sapaan teman sekantornya terabaikan, hanya senyum yang di baginya sebagai ganti sapa balasan.
"Belum siap Dan..?" tanya Yudi yang merasa heran, tidak biasanya sang kawan telat menyelesaikan kerjaan,"Sudah...tinggal di print.." jawab Dan, masih dengan senyum yang enggan pergi. Yudi penasaran tapi rasa segan membuatnya menunda tanya, masih ada waktu, tanpa di tanyapun Dan pasti cerita padanya,"Aku duduk diluar ya...cari angin", Dan hanya mengangguk, lalu melanjutkan sibuknya, mereka berdua selalu kena jam lembur yang sama.

Dan mematikan PC-nya, lalu menarik nafas panjang, akhirnya kita ketemu lagi setelah 20 tahun, seperti apa dirimu sekarang, masihkah seperti dulu, ahh...masih ada waktu untuk mencari tau. Dan mengikuti langkah Yudi, keluar mencari angin sambil menyalakan sebatang rokok.
Yudi menatap Dan, sudah lama rasanya tidak melihat Dan sahabatnya menebar senyum seperti itu, sejak perpisahan dengan istrinya lima tahun lalu, perselingkuhan ternyata bukan hanya milik pria, di zaman yang makin aneh ini, wanita bisa melakukan apa saja, emansipasi di bidang yang salah.

"Teman sekolahku dulu waktu di banda " cerita Dan membagi kisah, Yudi menangkap kesan, itu bukan teman biasanya.
"Gak nyangka...masih bisa ketemu setelah 20 tahun, ku pikir dia sudah gak ada..." lanjutnya.
"Tsunami ?"
"Iya...padahal aku sempat ke sana di hari ke empat..."
"Mencarinya...?"
"Jadi relawan.." kata Dan, aku memang sempat mencarimu, tapi waktuku hanya dua minggu,  terasa singkat di situasi medan yang berat saat itu.
"Terus..?"
"Terus apanya? 20 tahun itu bukan waktu yang singkat Yud...semua orang berubah.." Dan tertawa,"Ayo lanjutin kerja.."ajaknya pada Yudi yang dirasanya ingin melontar tanya.
Kalau dia masih seperti dulu, dia pasti sangat tertutup, cewek misterius itu, sempat membuatku mati kutu, hanya dengan caranya memandangku, always miss you.

                    ***  

Dan, setelah 20 tahun kita ketemu lagi, seperti mimpi rasanya, apakah kita pernah dekat?..tanyamu  yang gak mungkin terjawab, karena benang merah itu tak pernah sempat terlihat, entah apa yang dipikirkanmu tentangku, tapi satu hal yang pasti, rasa itu ada padaku dan tak pernah pergi, terbungkus dengan rapi, tersimpan aman tak terganti, mungkin rasa itu hanya milikku.
Dan, aku memang membangun jarak dengan dunia, tidak berani membuka diri, karena ku tidak punya tempat untuk berbagi, teman sejati itu hanya topeng Dan, tidak ada yang namanya sahabat!...aku tidak pernah merasa punya. Sendiri itu lebih baik.

                                                                                                                 2U

Dan...membaca tulisan itu berulang-ulang, balasan pesan dari cewek misterius itu mengganggu perasaannya, dia menyukaiku dulu, kenapa aku ragu, aduhh, Dan kembali membaca tulisan itu, aku akan meneleponmu biar semuanya pasti, biar rasaku tidak lagi menjadi teka-teki yang basi.


                    ***

#inspired: DA >noroyalty