Minggu, 06 Oktober 2013

Prompt #29: 27 Maret

Marini berusaha memejamkan matanya, tinggal 15 menit lagi maka terjadilah seperti tahun-tahun sebelumnya, tepat ketika tanggal 26 beralih ke 27 Maret, ibu dan bapaknya akan memberikan suprise dengan membawa sebuah kue berhiasan lilin yang berjumlah sama dengan usianya.
Dan Marini kembali protes karena kue yang diberi terlihat sama dengan kue ultahnya di tahun lalu, hanya bertambah lilinnya saja. 
Lalu kedua adiknya menghadiahinya sebuah lagu, mereka sekeluarga bergembira di hari jadinya.

***

Marini menelusuri banyak tempat mencari orangtua dan adik-adiknya, suaranya meninggi memanggil-manggil mereka, hingga tenggorokannya terasa perih, lalu airmata mengalir dari pipinya, isaknya membangunkan teman sekamarnya di panti, salah seorang dari mereka memanggil ibu pengasuh.
"Marini, ini sudah bulan Oktober sayang, ultahmu nanti bulan Maret tanggal 27 ditahun depan" ujar ibu pengasuh sambil memeluk Marini. Hatinya nyesak melihat anak asuhnya yang belum bisa menghilangkan trauma ditinggal kedua orangtua dan adik-adiknya dalam waktu yang bersamaan.

Marini menatap almanak didepannya, jelas terlihat 7 Oktober, tapi Marini tetap berharap besok tanggal 27 Maret agar dia bisa bertemu ibu, bapak dan kedua adiknya di mimpi yang selalu sama setiap tahunnya.

***
#tulisan ini latihan untuk MFF

Selasa, 01 Oktober 2013

Prompt #27 Malam pertama figuran

Udara pegunungan yang dingin ini membuat tubuh kurus Clay menggigil, dia menarik resleting jaket berwarna  orange yang dikenakannya. Kesepuluh jemarinya tidak terbungkus sarung tangan seperti para pendaki gunung pada umumnya, jari-jari tangannya langsung mampir ke kantung jaket, tiupan angin yang sengaja disetel kencang terkadang membuatnya agak susah bernafas.

"Clay, are you oke?" Harry  bertanya setelah sempat dilihatnya Clay menggigil, lalu memberikan selimut yang dipegangnya pada Clay, baju dinas Harry yang berwarna putih itupun telah berubah warna, kusam dan ada bercak merah.

"Sure.." jawab Clay pelan dan gamang, lalu terduduk lemas. Disampingnya duduk seorang wanita penuh luka sambil memeluk seorang anak kecil yang juga terlihat terluka.

Diantara reruntuhan puing pesawat dan aneka barang yang bertaburan serta beberapa sosok mayat, Clay merapal doa,"God, help me".

***

"Cut..bagus sekali! tidak perlu diulang, cukup take untuk malam ini" Astrada tersenyum puas. "Yang jadi Clay, besok ikut syuting lagi di malam kedua ya, settingnya masih di pegunungan" ujar Astrada dengan suara yang cukup keras tanpa bantuan toa.

***
#tulisan ini latihan FF

Senin, 02 September 2013

Kacamata

Awalnya aku tidak melihat orang yang duduk didepanku, tapi baju kotak-kotak biru yang dikenakannya itu nyaris sama dengan yang ku pakai saat ini, versinya saja yang berbeda, kalau aku memakai untuk versi wanitanya sementara dia memakai versi prianya, itulah awal aku memperhatikannya, kacamata hitam yang di pakainya juga nyaris membuatku mengeluarkan suara terkejut, tapi tentu saja tidak ku lakukan, tempat ini penuh dengan orang-orang yang sedang antri untuk berbagai macam keperluan yang berhubungan dengan uang. Sebuah Bank swasta.

Dibalik kaca mata hitamnya, aku menduga-duga, seperti apa wajahnya yang sebenarnya, karena banyak orang-orang yang berdiri di dekatnya juga menoleh heran kepadaku,"Sialan, pasti mereka pikir aku dan dia ada hubungan".

Ku raih tas ranselku, mencoba mencari sebuah buku yang berukuran lebar, dan dapat membantuku menutupi wajahku, antrian panjang ini betul-betul membuatku sebel.

Waktu terasa lama berlalu, seseorang menegurku,"Mbak, kalau cari sumbangan jangan disini", kulipat buku yang menutupi wajahku, wajah satpam yang hitam dan berbadan besar tiba-tiba telah berada di depanku.

"Apa?"

"Cari sumbangan jangan disini"

"Siapa yang mau cari sumbangan?" ucapku sewot.

"Lha jadi si mbak mau ngapain toh, dalam ruangan pakai kacamata hitam, baca buku juga terbalik, mencurigakan".

Kulepas kacamata hitamku, sambil melihat kursi di depanku yang ternyata telah berganti orang, suara satpam yang semula ku kira berwajah  hitam itu membuatku bertambah sewot,"Cari saudaranya ya mbak? udah keluar tuh dari tadi".


***
#tulisan ini latihan untuk MFF




Minggu, 21 Juli 2013

Es cream

Andi, 68 tahun, membersihkan meja demi meja di sebuah kedai es cream modern yang di lengkapi fasilitas wi-fi, di antara semua karyawan di kedai es cream ini, dia adalah pekerja tertua.
Semangatnya masih terlihat tinggi di usianya yang senja, sebenarnya tanpa bekerjapun, jaminan hari tuanya sudah lebih dari cukup, beberapa rumah kontrakkan yang dimilikinya sudah sangat cukup untuk membiayai kebutuhan hariannya, ditambah beberapa petak sawah yang selalu panen dengan hasil yang memuaskan, tapi Andi terbiasa bekerja dari usia muda.
Selama nafasnya masih berhembus dia bertekad untuk tetap melakukan sesuatu yang berarti dan membuatnya bahagia. Bekerja.

Manager kedai es cream ini semula menolak mempekerjakan kakek-kakek seperti dirinya, tapi Andi tak kehilangan akal, dia membeli setengah saham dari usaha kedai es cream ini, dan tak ada yang bisa menolaknya. Tentu saja tak ada rekan kerjanya yang tahu termasuk manager, Andi si pekerja tertua di kedai es cream ini adalah  pemilik separuh dari kedai es cream yang selalu ramai ini.

Andi tertarik dengan es cream bukan karena dia termasuk penggemar berat es cream, tapi seseorang di masa lalunya sangat menyukai es cream, mencoba memahami filosofi es, di pakai ataupun tidak, es itu tetap mencair, dan Andi sangat berharap suatu hari nanti, dia bisa bertemu dengan orang di masa lalunya. Orang yang di cintai tapi tak termiliki, karena menikah dengan jodoh pilihan orang tuanya, dan menurut kabar yang didengarnya, suami orang itu telah berpulang 5 tahun yang lalu tanpa ada seorang anakpun dari pernikahan terpaksanya itu.
Aku ingin menikmati hari-hariku yang hilang, ujarnya membatin. Andi tahu pasti, seseorang di masa lalunya itu telah sendiri, sama seperti dirinya saat ini.
Seperti apa pertemuan kami nanti, apakah dia mengingatku? bisakah kami kembali seperti dulu?.
Mengingat kemungkinan itu semangatnya selalu tumbuh.

Hingga di suatu hari, di hari ke 275 dirinya berada di sini sebagai  pekerja sekaligus pemilik kedai es cream, saat yang di nantinya itupun tiba.
Dari mobil sedan berkaca gelap itu, turun seorang nenek tua yang masih terlihat manis dan anggun dengan pesona yang masih memancar kuat. Orang yang sangat di nantinya.
Di dadanya, seakan ada gemuruh, perasaannya mendadak tujuh belas, ada rasa bak magnet dengan dua kutub, satu; ingin segera mendekat dan menyapa nenek tua itu dengan nama khusus yang pernah di berinya dulu, lalu menawarkan list menu andalan kedai es creamnya, sementara satunya lagi; dia ingin bersembunyi.
Sembunyi dari tatapan yang membuat hatinya cenat cenut dan luluh, tatapan yang memukau seperti puluhan tahun lalu. Ahh..

"Pak Andi, tolong ke meja 20 ya.." suara manager itu menghapus inginnya yang terakhir.

***
#tulisan ini latihan untuk MFF




 

Selasa, 09 Juli 2013

Prompt #20 Sam

Cafe dekat trotoar jalan di depan toko baju itu terlihat ramai. makanan di cafe itu terkenal dengan harga miring tapi bercita rasa tinggi, dilengkapi fasilitas wi-fi yang canggih.

Sam duduk di salah satu kursi bermeja bundar di cafe itu, setelah memesan secangkir kopi, sepiring kentang goreng favoritnya dengan sambal setan yang super pedas dan langsung disantapnya. Pandangannya lurus menatap etalase kaca toko baju itu, baju-baju yang di pajang di etalase toko itu menarik untuk dilihat, padu padan warnanya serasi menurut Sam, Sam tersenyum puas.

Sam meminum kopinya secara perlahan,"Semoga ada dan cepat, ini sudah hari kesepuluh" ujarnya pelan pada dirinya sendiri, tak ada yang mendengar ucapannya barusan, semua orang yang berada di cafe itu sibuk dengan  kegiatan masing-masing.
Sam membuat coretan pada lembaran kosong yang ada di hadapannya. Sesekali matanya tetap melihat kearah kaca di etalase toko itu.
Tangannya terlihat sangat terampil memainkan pensil,"Besok, mereka harus membuatnya sama persis" bisiknya lagi pada diri sendiri.

Beberapa waktu berselang, dua orang perempuan berdiri tepat di depan toko itu, terlihat keduanya sedang berbincang sambil menunjuk ke arah baju-baju yang berada di dalam kaca. Mereka masuk ke dalam toko itu dan tak lama kemudian baju-baju yang ada di etalase kaca itu langsung berkurang. Sam tersenyum dari tempatnya duduk,"Akhirnya terjual juga" bisiknya kembali pada diri sendiri, Sam menarik nafas lega lalu berdiri cepat, sambil melirik cangkir kopinya yang tinggal setengah dari siang tadi. Setelah jeda yang begitu lama, lelaki itu menghabiskan isi gelasnya dengan sekali tegukan.
Nama toko baju itu, Sam butik. 

***

#End
setoran prompt buat MFF

Rabu, 26 Juni 2013

prompt #18 Lissa dan Lissy

Liburan sekolah kali ini, aku dan saudara kembarku akan menginap di pondok eyang, pondok eyang terletak di daerah dataran tinggi, banyak pepohonan yang sangat menarik, eyang membeli pondok itu khusus untuk di pakai ketika liburan,"Tidak perlu keluar negeri kalau liburan, ke pondok aja, belajar tentang tanaman, pasti menyenangkan" begitu kata eyang beberapa hari yang lalu ketika bunda menelponnya, tinggal di daerah perkotaan membuat kami tidak banyak mengenal nama-nama pepohonan. Yang ada hanya gedung-gedung pencakar langit.

Jadi pilihan berlibur ke pondok eyang adalah pilihan yang tepat menurut bunda,"Selain udaranya segar, kalian berdua juga bisa liburan sambil belajar lho.." itu alasan yang kami terima dari bunda.
Bagiku itu bukan masalah, karena aku menyukai alam yang belum terjamah peradaban, tapi tidak bagi Lissa kembaranku.
"Ada listrik kan bun, di pondok eyang?" tanyanya ragu.
"Tentu sayang, kata eyang ada".
Dan aku tak sabar ingin segera tiba 

***

Pondok itu memiliki 2 kamar, aku dan Lissa tidur sekamar, mungkin karena kelelahan akibat perjalanan jauh, kami masuk kekamar dan langsung tertidur.
Aku terbangun. Lissa yang tidur di sampingku, meronta-ronta dan menjerit. Aku berlari keluar dari kamar. Dengan gerak cepat tanpa bertanya dengannya terlebih dahulu.
Terjadi sedikit kehebohan di tempat yang biasanya tenang dan tentram itu.
"Ada apa?" tanya eyang setengah berlari menuju kearah Lissa yang ku tinggal sendirian.
"Itu eyang...itu.." telunjuknya mengarah ke satu arah. Mata eyang terbelalak sesaat, lalu tawanya meledak di tengah malam yang sunyi.
"Huahahahha....dasar anak kota, ama kecoak aja takut".


***
#End
Setoran prompt untuk MFF



Minggu, 16 Juni 2013

Prompt #16 Desa sunyi

"Lihatlah, setiap pagi Rhe selalu melihat ke desa itu dari balik kaca, sebaiknya ditembok saja" tunjuk Big mama, mengalihkan pandangan Big papa dari makanan yang hendak di santapnya.
"Biarkanlah, nanti Rhe bosan, aku yakin Rhe bakal bosan" ujar Big papa, sembari menyantap makanan ala vegan yang berukuran super size, tepat berada di depannya.
"Rhe..ayo makan, katanya mau besar seperti papa" bujuk Big mama dengan suara lembut keibuan.

***

Rhe memandang desa sunyi itu, di malam hari, tentu saja dengan sembunyi-sembunyi, karena Big mama selalu melarangnya,"Desa sunyi itu kosong Rhe, tidak ada penghuninya" alasan yang selalu sama yang dikatakan Big mama padanya. Karena hampir setiap waktu luang yang dimilikinya, dia selalu ingin memandang desa sunyi itu. Rhe merasa ada sesuatu di desa sunyi itu yang mengusik dirinya, dorongan yang aneh yang belum di pahaminya.
Ada apakah disana? ada siapakah? kenapa aku seperti terpanggil pergi kesana?. Dan Rhe, tidak berani menebar tanya, pada kedua orang tuanya yang berbeda ukuran dengan dirinya, aku masih kecil dan malas makan, benar kata Big mama, kalau mau seperti Big papa, aku harus sering makan, makan dan makan.
Lalu Rhe tenggelam dalam mimpi yang sama, bermain dengan teman-teman yang seukuran dengannya.

***

Di salah satu tempat di desa sunyi itu, seorang ibu menangis di malam-malam yang sama ketika Rhe memandang desa itu, dia mengingat anaknya, yang di ambil paksa oleh keluarga 'Big' beberapa tahun yang lalu dengan beberapa perjanjian yang harus disepakati.
Desa itu harus di kosongi dan keluarga 'Big' itu akan berhenti menjadikan mereka sebagai  'menu' hariannya, hanya karena Big mama ingin mengadopsi Rhe sebagai anaknya.

***

#End
setoran prompt untuk MFF

Sabtu, 08 Juni 2013

Ei

Bandara SIM (Sultan Iskandar Muda) Nanggroe Aceh Darussalam itu terlihat ramai, aku melihat kedatanganmu dengan Ei, jagoan kecilmu yang sangat kau banggakan itu, senyummu langsung bisa ku nikmati,"Hallo Ei" sapaku pada jagoan kecilmu, anak yang menarik, rautnya sangat mirip denganmu. Jantungku berdetak aneh.
"Cuaca yang bagus untuk terbang," ujarmu sambil tersenyum, sepertinya kamu dan Ei sangat menikmati perjalanan tadi.
"Apa kabar Ei?" tanyaku.
"Baik...Tan" jawabannya singkat, mungkin dia bingung memanggilku apa,  sambil menyalamiku. Pertemuan pertama yang sangat kaku.
"Kok cuma Ei yang ditanya?"
"Kamu kan sudah dewasa, menjelang tua malah, pasti bisa menjaga diri dengan baik dan benar" jawabku asal, dari sudut mata aku memperhatikan Ei, anakmu sudah besar, waktu bergerak tanpa kita sadari, dan aku seperti mengenalnya.

Aku mengingatmu sebagai orang yang pernah dekat denganku dimasa lalu, dan kita saling bertukar kabar hampir setiap hari. Hingga akhirnya kita sepakat bertemu hari ini.

***

"Kapan Ei boleh memanggilnya mama, pa?" Ei memandangku dengan wajah polos penuh rindu, khas anak-anak.
"Kapan kita boleh membawa mama, tinggal bersama kita lagi?" 
"Sabar sayang, kita baru saja datang, papa ingin mama mengingatmu dulu".

Aku menghela nafasku, gara-gara tabrakkan itu, istri tercintaku kehilangan ingatannya.

***
#End
Tulisan ini latihan untuk MFF
 

Sabtu, 25 Mei 2013

Tertukar

Cek kesehatan yang dilakukan Pram dan istrinya menampakkan hasil.
Istrinya menderita sakit yang terbilang parah dan Pram dinyatakan sehat-sehat saja, padahal mereka sama-sama merasakan keluhan yang hampir sama.

***

Pram membelai rambut istri tercintanya, memberinya semangat untuk memantapkan langkah sang  istri, bertemu dengan orang yang sangat istrinya cintai di masa lalu.
Izin yang di berikannya salah satu tanda cintanya pada sang istri yang menderita sakit, yang menurut ramalan dokter waktunya tak lama lagi.
Tanpa ragu Pram yang menyarankan pertemuan itu, dia ingin istrinya bahagia, sebahagia dirinya yang nanti akan mewarisi semua harta.

Pertemuan yang indah itu, ditutup dengan pelukkan hangat pasangan yang saling mencintai dimasa lalu itu. Dan Pram mengabadikannya dengan foto, setelah membiarkan mereka berdua sesaat, menggenang masa di mana mereka pernah bersama.
Rona bahagia terlihat jelas pada wajah istrinya,"Terima kasih sayang, aku bahagia hari ini".
Pram tersenyum dan membatin, aku juga bahagia esok hari.

***
Pemakaman ini sepi, sesepi hati Pram yang menyesali diri karena pengatur pertemuan tempo hari, perih, ketika mendengar perkataan tetangganya yang melayat tadi,"Iya, pak Pram udah ngizinin bu Pram balik ke mantan pacarnya dulu, mungkin dia tau, dia mau pergi".

Dokter itu ternyata salah diagnosa. Tertukar.

#End
 tulisan ini latihan untuk MFF.

Jumat, 17 Mei 2013

Remote

Sebisanya aku menahan nafas, takut terdengar olehnya, sungguh, peluh sudah membasahi baju tipisku, pembunuhan itu terjadi tepat didepan mataku, sadis tuh orang, tidak berperasaan.
Teriakkan ampun sang korban tidak sedikitpun membuatnya mundur. Tusukkan demi tusukkan yang dilakukannya pada korban, membuatku menutup mataku dengan jemari yang sedikit ku longgarkan. Darah mulai terlihat membanjiri lantainya.

Kulipat badanku agar terlihat mengecil di pojokan, menghindar dan mencoba sembunyi, hingga handphoneku berbunyi tiba-tiba, pas di saat mata pembunuh itu menatapku.

Deg!

***

"Hallo.." bisikku perlahan.
"Jangan diputar dulu filmnya ya..bentar lagi nyampe nih, mau nonton bareng".

Ku raih remote, lalu memilih tombol off.

***

#Belajar di MFF menyenangkan, dengan temans yang hebat !
luv u all..tooss!

Minggu, 12 Mei 2013

penyergapan


Sepasang mata yang tajam bak elang, bersembunyi di balik kacamata hitam murahan, seolah-olah buta, dengan tongkat kayu yang biasa. Bajunya usang, lengkap dengan alat bantu dengar yang terpasang menyolok. Tugas baru memerlukan identitas yang baru pula.
Topi yang sengaja dibukanya mulai terisi dengan aneka koin.

tiba-tiba...
"Kijang satu bergerak! Kearah pukul tiga, Target pink mendekat" alat bantu dengarnya berbisik pelan. Terdengar suara gaduh ditengah keramaian, di kerumunan orang-orang yang berdesakkan, yang sedang menunggu kereta. Lalu hening.

***

"Selamat, kerja yang bagus! Ada barang bukti". Sang komandan melirik bungkusan ganja kering di meja.
"Terima kasih pak" si mata elang memberi hormat.
"Identitas pink?"
"Putri bapak.."
"Apaa..?!"

***






Minggu, 05 Mei 2013

Prompt # 12 Konde

Aku terkejut saat aku secara tak sengaja menyenggol sesuatu yang besar dan menyembul.
Astaga! Konde? Tapi, siapa yang pakai konde di rumah ini?

Kuraih konde yang membuat pikiranku bekerja, rumah kost ini penghuninya semua pria, tapi kenapa ada konde?. Konde itu besar dengan tiga hiasan berwarna emas.
Terdengar suara langkah kaki mendekat, tanganku dengan cepat meraih selembar koran yang tergeletak disitu, lalu menutupnya, agar tak ada yang tau aku sudah melihatnya.
"Sam.." suara stereo Budi membuatku menolehnya.
"Ya.."
"Ada cerita aneh yang baru beredar". Aku melihatnya dengan pandangan geli yang tak bisa ku sembunyikan, katanya sebuah konde mendatangi orang yang akan memakainya, dan orang yang terpilih itu tak akan bisa menolak, siapapun dia. Zaman sudah canggih kok masih percaya dengan yang begituan.
"Konde kan hanya dipakai wanita, kalau kita gak mungkinlah," kataku dengan yakin, lalu terdengar suara gamelan dengan nada yang indah, dengan gerak cepat dan nyaris kompak, aku dan Budi bergegas menoleh kearah datangnya suara yang makin jelas terdengar, lalu tampak seorang penari memakai kebaya lengkap dengan hiasan wajah, dan konde di kepala, dan wajah itu wajahku, aku terpaku.

Hahh..

 "Sam...Sam..bangun, gak kuliah? Katanya masuk pagi, gak jadi deh aku nitip kiriman buat kakakku ya, nanti biar aku yang ngirim sendiri" suara stereo Budi, sangat membantu Sam terbangun dari mimpi, tanpa mendengar dengan pasti apa yang dikatakan Budi. Sam bergegas berdiri, "Waduh..aku telat lagi" katanya panik, sambil setengah berlari menuju kamar mandi, dan tersenggol sebuah bungkusan besar, yang isinya jelas terlihat sebuah konde, dengan tiga hiasan berwarna emas, Sam teringat mimpinya.

Deg!

#End


Selasa, 30 April 2013

65

Kopdar! bagaimana mungkin?.. mereka, teman-temanku tidak kenal aku secara langsung, apa yang akan mereka pikirkan tentang aku nanti, ahh..berteman dengan cara seperti ini saja tanpa bertatap muka secara langsung, kan sudah bagus menurutku.
Teman-teman satu kelompok menggambarku, berniat mengadakan kopdar, katanya sih biar lebih akrab, tapi menurutku buang-buang waktu, tenaga dan uang. "Mas datang ya, yang lain sudah bersedia datang tuh, jangan sampai gak datang lho" sms dari Elo 14 tahun, pelajar SMP. Hanya dia dan Reno teman satu kelompok menggambar yang tau nomor hapeku, meskipun hanya melalui sms kami sering bertukar kabar.

Aku berada dalam situasi bimbang, antara ingin pergi dan tidak, kalau tidak pergi nanti di bilang sombong, gak mau bersilaturrahmi, gak kompak, gak gaul dan bla bla bla, sederet ungkapan yang memiliki kesimpulan, aku tuh orangnya gak asik.
Tapi kalau aku pergi, pasti akan menimbulkan kehebohan tersendiri.
Aku bergegas menyelesaikan lukisanku, coretan di kanvas itu mulai ku warnai, besok aku akan mengirimnya via Pos, seperti tugas-tugas sebelumnya dari kelompok menggambar yang kuikuti. 

Hpku berbunyi, ada sms masuk,"Mas, besok kopdarnya jadi lho, akhirnya kita bisa bertemu muka ya, jadi datang kan?" dari Reno 15 tahun, pelajar SMA.

Esoknya...
Aku telah siap dengan seragam kelompok menggambar itu, menepis bimbang di hati sambil berdiri menatap cermin, ahh..apa yang akan mereka katakan ketika melihatku untuk pertama kali.
Aku 65 tahun, residivis yang belum bertaubat, pernah ikut merampok di kedua rumah temanku itu, dan saat ini sedang mencari target baru.


#End


 


Jumat, 26 April 2013

Cewek cupu

Kaca mataku minus satu, styleku bukan gaya terbaru, aku cewek cupu kata teman-temanku, ahh..aku tak peduli dengan julukan itu, yang penting buatku isi otak nomor satu. Kupu-kupu binatang favoritku, jadilah aku cewek cupu yang suka kupu-kupu, hobbyku baca buku bertambahlah julukanku si kutu buku.
Aku sedang membaca buku ketika seseorang menghampiriku,"Lia..entar malam kemana?" Har bertanya padaku.
"Ngak kemana-mana, emang kenapa?" tanyaku heran, tidak seperti biasanya cowok sekaliber dia mau tau urusanku.
"Kan malam minggu, kalau gitu boleh dong, aku ke rumahmu?" Har memandangku sok mesra.
"Mau ngapain?" tanyaku lugu.
"Ngapellah" katanya tanpa ragu.
Aku melihatnya dan dia melihatku, sepertinya ada yang salah dengan dirinya hari ini.
"Bolehkan?" tanyanya lagi sambil tersenyum, kata teman-temanku senyum Har menawan, tapi menurutku biasa saja, mungkin karena kaca mata minusku.
"Tentu kalau itu maumu" kataku acuh, lalu melanjutkan membaca buku.

                    ***

Har berjalan cepat, targetnya untuk mendekati cewek kutu buku itu tak di sangkanya berjalan mulus, semulus jalan raya yang baru di aspal, hatinya senang dan berniat membagi cerita dengan teman-temannya, keberhasilan yang ingin dirayakannya. Dengan mendekati cewek itu, Har yakin semua tugas sekolahnya akan ada yang mengerjakan, Har tersenyum sendiri menghitung angan.

                   ***

Lia menutup buku yang telah selesai dibacanya dan beranjak dari tempat duduknya, teringat olehnya pembicaraan Har tadi, lalu tersenyum geli, pasti tuh orang ada maunya. Kalau Har datang nanti, semoga Har mengerti, aku memang gak kemana-mana, tapi teman-temanku akan datang kerumahku, karena kami mau berdiskusi tentang rencana untuk esok hari, di minggu pagi.
aku cewek cupu yang suka kupu-kupu dan kutu buku, tidak mudah dirayu sama cowok seperti itu.

#End

Senin, 22 April 2013

Prompt # 10 Shioban dan kereta kuda | Penyihir baru

Shioban melangkah terburu-buru, aku telat nih pasti, tangannya sibuk mencari sesuatu di tas selempangnya, aduh..mana nih, tadi disini, dia menumpahkan semua isi tasnya di trotoar jalan yang penuh dengan dedaunan yang berguguran, tapi yang di cari tetap saja tak ditemukan.

Semoga tidak akan menjadi masalah, Shioban melirik jin penjaga kereta kuda, yang diingatnya dia harus naik kereta kuda bernomor 10. Shioban mendekat,"Antarkan aku ke istana Bunga" katanya dengan suara pelan. Jin penjaga menatapnya tanpa kedip,"Kereta kuda hanya untuk para ratu dan penyihir."

"Aku penyihir!" Shioban berusaha meyakinkan jin penjaga.
"Mana undangannya?" tanya jin penjaga.
"Tertinggal di sekolah"
"Tidak ada undangan, tidak ada kereta kuda! karena kereta kuda hanya untuk para ratu dan penyihir!" suara jin penjaga mulai tak ramah.
"Memangnya apa yang akan kamu lakukan jika aku menginginkannya?" kata Shioban sambil mendelik ke arah jin penjaga.
"Kamu tetap tidak boleh naik kereta kuda dan tidak bisa menghadiri pesta," jin penjaga mengubah tubuhnya lima kali lebih besar dari sebelumnya. Shioban terkejut, kaget dan takut. Entah karena merasa terancam, tiba-tiba kepalanya mengeluarkan sinar, lalu Shioban membungkuk, tangannya meraih sehelai daun, dan mengucap sebuah matra. Tralala trilili trululu.

Daun itu berubah menjadi sebuah undangan di mata jin penjaga.
"Kenapa gak dari tadi, dasar penyihir baru! ayo naik".
Shioban tersenyum kecil, bisa baca gak nih si jin, koran kok di bilang undangan.

                    ***


Kamis, 18 April 2013

Hantu baru

Kamis malam, angin sedikit kencang, bulan tertutup awan, gerimispun menyapa ringan. Jalan setapak di samping tempat tinggal baruku terlihat sepi, para tetanggaku sudah pergi dari tadi, tinggal aku sendiri, aku sedikit gelisah, ada tugas yang harus ku jalani untuk membuktikan diri, aku ini pemberani dan ditakuti, persiapan sudah dari tadi, tinggal menunggu jam berdetang dua belas kali, waktunya pun tiba, jam itu berbunyi dua belas kali, pas, terlihat seorang pemuda bersarung memegang tasbih, mungkin dia baru selesai mengaji, pemuda itu makin dekat dengan tempatku berdiri, sudah saatnya aku unjuk gigi,"Hai" sapaku dengan pede tinggi, pemuda itu hanya melihat sekilas,"Pulang sana, gak baik perempuan keluyuran malam-malam" katanya tajam dan aku terabaikan.

Aku mengubah caraku berdiri, sabar..pasti bakal ada yang lewat lagi, inikan jalan pintas yang paling dekat menuju kampung, mataku bersinar, terlihat olehku seorang wanita cantik berbaju putih, dengan semangat dia kudekati,"Hai.." sapaku, berusaha mengakrabkan diri.

Wanita itu melihatku dari atas kepala hingga ujung kaki,"Hantu baru ya? ramah amat, kalau nyapa tu begini, hihihihiihihhiihhh.."suaranya melengking ngeri. "Sana!! belajar lagi".


***
#End
tulisan ini latihan untuk MFF

Sketsa wajah

Wanita itu tersenyum, gaun merahnya melambai tertiup angin, memperlihatkan kakinya yang mulus dan putih, Didi mendekat lalu mendekapnya erat, melumat bibirnya dengan hasrat rindu yang dalam, tanpa memperdulikan waktu dan tempat.
"Kenapa lama sekali sayang?" tatapan Didi penuh selidik, cemburu.
"Ini juga sudah cepat sayang" suara wanita itu mendesah manja, pemuda tampan di depannya miliknya, hanya miliknya, walaupun gosip malam beredar kencang  pemuda tampan ini milik seseorang selain dirinya.
Wanita itu memandang lelaki tampan yang masih tertidur pulas dan tampak kelelahan karena rindu membara yang baru saja mereka tuntaskan,  tangannya mengelus wajah pemuda itu, wajahmu masih sama seperti dulu, padahal sudah lima puluh tahun berlalu, kau kembali untukku kan?..wanita itu lalu menghilang seiring azan subuh berkumandang.

                    ***

Didi membuka matanya, cahaya matahari membuatnya terbangun, telat lagi, gara-gara mimpi itu..ini sudah yang ke tiga kalinya, siapa wanita itu? kenapa aku merasa sangat kenal dan menyukainya. Didi bergegas, aku harus memeriksa lahan, semoga kali ini lahan itu cocok untuk menanam kopi, biar aku bisa segera pulang, Didi menghela nafas, baru empat hari di sini tapi rasa rindu pada Dewi istrinya sudah menumpuk dan seakan memanggilnya untuk segera pulang ke tempat asal, tapi kalau malam tiba rasa itu malah hilang.

                   ***

Setelah urusan kerjaan selesai, Didi dan anggota timnya berniat mengambil foto, pilihan mereka jatuh pada rumah kayu di atas bukit, pemandangan di atas bukit itu pasti indah, dengan ditemani pak Ju penduduk lokal, rombongan kecil itu mulai mendaki.
"Rumah siapa itu pak?" Didi bertanya dengan penasaran.
"Itu rumahnya eyang Putri saya pak Didi"
"Gak ditempati?"
"Kosong pak sejak eyang meninggal, tapi seminggu sekali pasti saya bersihin"

Rumah kayu ini benar-benar nyaman,  Didi merasa sangat senang, tiba-tiba matanya menatap lukisan sketsa wajah di dinding ruang depan, wanita ini sepertinya aku kenal,"Itu sketsa wajah eyang saya pak, yang ngelukis pacarnya eyang, waktu mereka masih muda-muda dulu, tapi gak jodoh kali pak, eyang saya yang satu ini hingga meninggal tidak menikah, katanya sih masih menunggu pacarnya yang mengadu nasib di kota".
"Siapa nama pacarnya?"
"Pandi S, katanya sih, pelukis terkenal itu"
Didi terkejut dalam diam, itukan nama Opa, dan wanita itu, adalah wanita yang selalu hadir dalam mimpinya.

***
Latihan FF




# Jalan Matahari

Alunan lagu itu menghantarkan diriku di masa lalu, mengingatmu hingga kini, seperti Matahari yang belum berhenti menyinari Bumi. Jalan Matahari itu seperti janjiku, selalu ada disaat  kamu butuh, tanpa sedikitpun mengeluh, tanpa memikirkan diriku, tapi semua caraku tetap membuatmu berlalu. Usaha yang sia-sia dan tak patut ditiru.
Saat ini, aku hanya bisa melihat fotomu, aneh, hanya dengan melihat fotomu semangatku bisa tumbuh, jarak mengambil kendali atas diriku, menyedihkan, kenyataan yang hingga kini tak bisa ku lawan, rasa sukaku yang tak pernah ku ungkapkan menghempasku kedasar ragu yang terdalam  dan aku hanya bisa diam.

"Sudahlah, tak ada gunanya memikirkan orang yang tidak pernah memikirkan kita, masih banyak di luar sana yang menyukaimu dengan tulus " Puji memberi saran. Aku hanya diam. Tidak mudah untuk melupakan, meski ada pengisi hati yang datang sekali lalu pergi, semua karena salahku, selalu membandingkannya dengan dirimu. "Kamu bukan suka padanya tapi obsesi, bedakan!" Terkadang Puji berkomentar tajam.

Takdir mempertemukan kita dalam situasi yang rumit, tangisan Puji sahabatku itu belum menyurutkan langkahku untuk kembali, ada yang ingin kulakukan sebelumnya. kondisi komaku karena kecelakaan mempertemukan kita, tangan kekarmu yang sangat dingin itu mengenggam tanganku yang perlahan mulai membeku,"Aku menyukaimu dari dulu, ikutlah denganku".
Aku tersenyum senang, akhirnya kamu mengungkapkan rasamu, hanya kata-kata itu yang sangat ingin ku dengar,"Aku menyukaimu dari dulu, tapi Matahariku masih menunggu, maukah kamu bersabar hingga dia tenggelam?"
Tanganmu bertambah dingin, lalu perlahan melepaskan genggamanmu dan terdengar suara seseorang yang belum ku kenal,"Masa kritisnya sudah lewat".

                    ***

"Maafkan aku tidak memberitahumu, dia telah meninggal 6 bulan yang lalu" Puji memelukku, sahabatku ini ternyata menyimpan rahasia sama sepertiku, yang sedang menunggu Matahari tenggelam.

                    ***

Senin, 08 April 2013

Prompt # 9 > Parfum | Saksi Bisu

Jemari Yuda terkepal, ada emosi yang ditahannya, situasi yang tidak memungkinkan untuk memuntahkan amarahnya, hanya tanya yang keluar dari bibirnya,"Kenapa dia bisa jatuh? bukankah sudah ku bilang, jangan terlalu tinggi mendaki, dia masih pemula, medan ini terlalu berat untuknya."

Dari kemarin Yuda hanya duduk diam di sisi saudara kembarnya yang tergeletak tak berdaya, untung nyawanya masih bisa di selamatkan, hanya kedua kakinya yang patah, Yudi, kau tidak harus sepertiku, cukup aku saja yang suka naik turun gunung. Yuda menyesali dirinya yang memberi izin pada Yudi untuk menggantikannya,"untuk sekali ini saja Yud, tidak perlu ada yang tau, hanya kita, jangan kuatir si Bayu gak ikut kok".

"Yud, keluar sebentar, kau harus melihat ini " Han menunjukkan sesuatu, sebuah topi yang sangat dikenalnya, "Milik Yudi" kata Yuda, Han mengangguk,"Kau kenal dengan bau ini?" Han menyodorkan topi itu, Yuda menciumnya, wangi yang khas, "Si anak Mami? ".
"Dia mengira Yudi itu kamu Yud, awalnya dia tidak ikut tapi entah kenapa tiba-tiba dia ikut, mungkin dia masih kesal karena kalah darimu"
"Aku akan membuat perhitungan dengannya" Yuda menarik nafas panjang, selalu saja ada masalah antara dia dan si anak Mami semenjak dia terpilih jadi ketua Osis.
"Jangan, kita tidak punya bukti"
"Tolong carikan parfum seperti yang di pakainya" Han mengangguk.

                    ***

Mata Bayu terbelalak, "Kamu, kamu..kan " Ucapannya terbata-bata, dia melihat Yuda berdiri dengan kedua kakinya yang sempurna, padahal kemarin dia sudah memastikan Yuda tak berdaya.
"Kamu salah orang Bay, dia kembaranku!"
"Siapa yang memberitahumu?"
Yuda melembar botol parfum itu, Bayu teringat yang dilakukannya terakhir, memunguti ranselnya dan menutup botol parfumnya yang nyaris tumpah lalu melempar topi itu kepemiliknya yang tak berdaya.

                   ***

Minggu, 07 April 2013

# Motor

Dwi masih sibuk dengan beberapa email masuk yang harus segera dibalasnya, malam mendekati fajar, tapi Dwi kerja seakan tak mengenal waktu jeda, kerja di jam selarut ini tanpa teman tak membuatnya surut langkah , Dwi sangat menyukai jam kerjanya, di malam yang sunyi, di saat banyak orang sibuk dengan mimpi yang berbeda.
Dwi  memandang foto di atas meja kerjanya, senyumnya merekah, apa kabarmu Cinta? sedang apa kamu saat ini? tangannya mengusap foto itu dengan sayang.

Azan Subuh berkumandang, Dwi membereskan meja kerjanya, dan seperti biasa foto tanpa  bingkai itu di masukannya kedalam tasnya, dan sudah seminggu ini selalu di bawanya kemanapun dia pergi tanpa pernah memperlihatkan foto itu dengan siapapun.

Dwi memacu motornya dengan kecepatan tinggi, tak sabar ingin segera tiba di rumah dan bertemu dengan bantal dan kasur yang empuk, teman baruku ini tak sama cepatnya denganmu Cinta, mungkin karena genre yang berbeda, semoga kita bisa bertemu hari ini, sudah berapa lama kita berpisah, seminggu itu waktu yang sangat lama untukku, aku tak akan menggantimu dan kamu  jangan menggantiku dengan teman baru ya. Dwi memacu motornya dengan kecepatan lebih tinggi lagi, hingga harus rela berhenti di simpang lampu merah, meski pagi dan Polisi belum berdiri, Dwi mematuhi merah harus berhenti.
Dwi mengangkat hpnya yang berbunyi, "hallo mas Dwi, motormu sudah selesai nih, kapan mau diambil? ".

Dwi memandang Cinta-nya, berubah setelah beberapa bagiannya di ganti, senyumnya kembali merekah. Di sudut parkiran, motor baru yang dinaikinya tadi bergumam," ya ampun kirain Herley..ternyata Vespa! ".

                    ***

Selasa, 02 April 2013

# Penerus

Tanaman itu bergoyang tertiup angin, ku hela napas dengan nada puas, hari ini aku telah melakukan sekali lagi misi penyelamatan Bumi, tanpa harus mengeluarkan suara dengan lantang, di tambah demo sana sini dan menyalahkan orang lain seakan bersih diri.
Tubuhku berpeluh, masih mungkinkah aku melihat hasil kerjaku hari ini, hanya dengan membayangkan masa itu lelahku terganti.

Aku melihat ke arah cucuku yang selalu setia mendampingiku, padanya aku menaruh harapan besar, menebus rasa bersalahku pada Bumi, karena sebelumnya telah alpa menyeret papanya dalam kegiatan ini.
"Opa..istirahat dulu " sarannya yang langsung ku ikuti, faktor usia ini membuat gerakku sedikit tertatih, berbeda jauh ketika dulu, aku masih menjadi anggota penggiat alam. Masih? sampai kapanpun aku tetap menjadi anggota penggiat alam, itu pasti, hingga napasku terhenti.

"Lahan yang akan kita tanami masih terlalu luas Opa, bolehkah Ei mengajak beberapa teman? " pinta Ei cucuku.
Aku mengangguk setuju, ternyata masih banyak anak muda yang peduli dengan Bumi, ada rasa lega yang mengalir dalam hatiku, penerusku bukan hanya Ei cucuku.

                    ***

"Ei, kamu tidak akan kaya, kalau memilih pekerjaan seperti itu " Andi terlihat kesal, anak tunggalnya itu dengan tegas menolak mentah-mentah rencananya, menjadikan Ei sebagai direktur di sebuah perusahaan yang baru didirikannya.
"Kaya itu bukan hanya harta papa, dan tolong, jangan usik lahan yang telah ku tanam bersama almarhum Opa " Ei pun berlalu, sesak terasa di dadanya karena Sang Opa telah pergi tanpa sempat melihat dan memanen hasil tanaman mereka, sayuran itu tumbuh subur, dan tiba-tiba Ei merasa kaya, ada kepuasan bathin yang dirasanya.
Jadi petani, pilihan hidup yang saat ini di jalaninya, pilihan yang indah.

                    ***
#and




 

Minggu, 31 Maret 2013

# Prompt 8 > Kendi ajaib | Home


Wangi yang khas, tanpa harus melihat dia pasti tau siapa yang datang, aku.
Tempatnya mulai sesak dengan bermacam barang tua yang susah laku, kasian pak tua ini, tanpa kehadiranku beberapa hari, dia terlihat repot, apa aku harus membantunya.

Kendi yang berada di sudut ruangan itu mengeluarkan asap dan bergoyang, menarik perhatian pak tua itu, "Diamlah, aku belum memanggilmu, tidakkah kau lihat kita kedatangan tamu.. ". Mataku menatap kendi itu, ku tahan amarah yang tiba-tiba menyelimutiku dan berusaha meredamnya agar tidak meledak, goyangan itu makin keras seakan sengaja menarik perhatian,  kendi itu ternyata telah berpenghuni lagi.

"Kemarilah.. " ajak pak tua itu." Lihatlah banyak barang di sini, kau tinggal pilih.."
Ku gelengkan kepalaku " Tidak..aku hanya mau kendi itu, bukankah kau telah berjanji menjaganya untukku "

"Biarkanlah kendi itu, kau boleh memilih manapun yang kau mau.."
"Benarkah? "
"Iya..katakan sekarang, kau akan mendapatkannya tapi jangan kendi itu.. aku janji "

Aku tersenyum seram, lalu menunjuk ke satu arah, tepat di depanku, "Berikan tubuhmu untuk rumahku..sekarang! "


                   ***

# Tanpa judul 2


Lelahnya nyaris tak terlihat, padahal butiran keringat yang banyak itu membasahi baju yang di kenakannya, hampir tajam nih, dikit lagi. Kalau saja batu asah itu bisa bicara, protesnya pasti terdengar hingga ke rumah sebelah.
"Belum tajam ya Gus? " tanya Zal mulai kurang sabar, dia sudah menyelesaikan tugasnya dan hanya menunggu Agus menyelesaikan pekerjaannya.
"Belum,ada pisau yang lain gak? "
"Gak ada "
"Ini juga bisa, makan waktu dikit " Agus menebas pohon pisang di sampingnya, sekali tebas pohon itu langsung terbagi,  mata Zal melotot ngeri, mendadak ada rasa ngilu di ulu hati, waduh..segitunya. Agus memasang senyum, usahanya tidak sia-sia, pisau yang semula berkarat itu akhirnya kembali ke kodratnya, tajam dan siap menebas sang calon korban.
"Sekarang ya ? " tanya Zal, dia tidak suka melihat Agus berlama-lama dengan tugasnya mengasah pisau, takut terjadi insiden tambahan yang tidak perlu.

"Aduhh.." suara Agus membuat Zal bergidik ngeri, apa kataku, akhirnya kena kan tangannya. Tetesan darah itu, membasahi pohon pisang yang tadi di tebasnya, Zal memalingkan wajah, dia tidak suka melihat darah itu.

                    ***

"Jadi gimana nih, siapa nanti yang memegang pisau itu? "Zal bertanya ingin tau, yang pasti bukan aku, mana tega aku melihat matanya, tapi kalau wujud aslinya sudah berubah tidak akan ada masalah.
" Tenang, ada Maman, dia juga sudah biasa, bagianmu? "
" Beres, setelah Maman selesaikan, serahkan padaku "
" Ayo, keluarkan ayammu dari kandang..."

                   ***

Jumat, 29 Maret 2013

# Karena...

Pemandangan yang bikin darah mendidih, baru seminggu lalu putus dengan pacarnya si Susi yang berprofesi jadi peragawati, sekarang sudah jalan dengan cewek yang lain lagi.
Cepat sekali dapat pengganti, apa memang semua pria seperti itu? sebuah tanya yang tak ingin ku jawab karena akan menambah sedihku, melihatnya tertawa lepas dengan cewek yang belum ku kenal itu benar-benar menggores hati. 
Cewek itu cantik, kulitnya putih, berpostur tinggi dengan rambut panjang yang sedikit bergelombang.
"Namanya Sri, pramugari, cantik kan? " nada suara Rony terdengar jumawa, "Baru sih jadiannya, kemarin " akunya lagi. Cerita yang tak ingin ku dengar, bikin sakit hati. 

                   *** 

Oh langit, dia sampai hati, tidakkah dia tau rasaku yang selalu menunggu, berharapnya jadi kekasihku, tidakkah selama ini aku yang selalu bersamanya, mendukungnya disaat dia terlihat terluka ketika baru putus dengan Susi-nya, walaupun kejadian itu karena aku, yang sangat  terobsesi dengannya, dan tak mau jika dia terlihat dekat dengan orang lain selain aku. Kalau cuma karena berkulit putih, kulitku juga putih, badanku juga tinggi malah aku bisa pastikan takkan mudah berpaling hati.

Apa karena namaku Sanusi?..

                  ***



 

Kamis, 28 Maret 2013

# With Cam, see to see

Jam 10 pagi, Tayya telah rapi, meski hari ini sekolah libur dia tetap bangun pagi, ada yang ingin dikerjakannya di depan lappy, menyapa teman yang dikenalnya baru 2 bulan didunia maya, tanpa pernah saling melihat wajah karena sama-sama memakai gambar kartun untuk foto profil, sesuai waktu yang telah mereka sepakati bersama. Tayya mengambil posisi, salah satu sudut di ruangan kerja papi jadi pilihannya. Biar kelihatan lemari terkunci yang penuh dengan koleksi senjata berburu milik papi, jadi dia tidak main-main denganku, Senyum Tayya terlihat puas, dia memeriksa persiapannya sekali lagi dan siap untuk menyalakan cam di lappy, di sampingnya berdiri bik Titi, yang masih terlihat bingung dengan yang dikerjakan putri tunggal majikannya, yang selalu penuh dengan ide-ide menakjubkan setiap hari.

                   ***

Arman baru menyelesaikan sarapan paginya, lalu menarik kursi, "Duduk di sini aja.." katanya pada peran pengganti, ruang keluarga yang asri jadi pilihannya, Mama pinter menata ruangan ini. Pujinya dalam hati, yakin dengan kesan pertama yang baik akan diterimanya dari Tayya, gara-gara suka dengan tokoh kartun yang sama, mereka jadi dekat. Arman tersenyum membayangkan wajah temannya nanti, seperti apa reaksinya ya?.
Lalu menekan sebuah tombol di PC, cam menyala.

                    ***

Waktu berlalu beberapa saat, wajah yang semula di haruskan senyum itu, berubah terkejut, lalu terdengar sepatah kata "Hahh.." Tayya buru-buru menekan tombol web cam di lappy-nya, mati. Mata beningnya menatap penuh selidik, "Kenapa bik? " tanyanya mencari jawaban di sela rasa terkejut bik Titi yang belum pulih, "Dia temannya non Tayya ya? ".
Tayya menyimak cerita Bik Titi,  jadi si Arman itu pacarnya bik Titi waktu di kampung, yang mau menikahinya tapi gak jadi dan punya nama asli Udin. Berarti yang jadi temanku ?!.. 

                    ***

Ternyata namamu Titi, pacarnya mang Udin sopir, kenapa harus pakai nama Tayya sih, biar kelihatan keren kali ya. Senyum Arman mengembang, ada sebuah ide, Tangannya mulai menulis, besok jam 3 sore di solong Coffe ku tunggu.

                    ***

#End
tulisan ini latihan untuk MFF






Senin, 25 Maret 2013

# Tanpa judul 1

Dan terlihat sibuk dengan PC-nya, sapaan teman sekantornya terabaikan, hanya senyum yang di baginya sebagai ganti sapa balasan.
"Belum siap Dan..?" tanya Yudi yang merasa heran, tidak biasanya sang kawan telat menyelesaikan kerjaan,"Sudah...tinggal di print.." jawab Dan, masih dengan senyum yang enggan pergi. Yudi penasaran tapi rasa segan membuatnya menunda tanya, masih ada waktu, tanpa di tanyapun Dan pasti cerita padanya,"Aku duduk diluar ya...cari angin", Dan hanya mengangguk, lalu melanjutkan sibuknya, mereka berdua selalu kena jam lembur yang sama.

Dan mematikan PC-nya, lalu menarik nafas panjang, akhirnya kita ketemu lagi setelah 20 tahun, seperti apa dirimu sekarang, masihkah seperti dulu, ahh...masih ada waktu untuk mencari tau. Dan mengikuti langkah Yudi, keluar mencari angin sambil menyalakan sebatang rokok.
Yudi menatap Dan, sudah lama rasanya tidak melihat Dan sahabatnya menebar senyum seperti itu, sejak perpisahan dengan istrinya lima tahun lalu, perselingkuhan ternyata bukan hanya milik pria, di zaman yang makin aneh ini, wanita bisa melakukan apa saja, emansipasi di bidang yang salah.

"Teman sekolahku dulu waktu di banda " cerita Dan membagi kisah, Yudi menangkap kesan, itu bukan teman biasanya.
"Gak nyangka...masih bisa ketemu setelah 20 tahun, ku pikir dia sudah gak ada..." lanjutnya.
"Tsunami ?"
"Iya...padahal aku sempat ke sana di hari ke empat..."
"Mencarinya...?"
"Jadi relawan.." kata Dan, aku memang sempat mencarimu, tapi waktuku hanya dua minggu,  terasa singkat di situasi medan yang berat saat itu.
"Terus..?"
"Terus apanya? 20 tahun itu bukan waktu yang singkat Yud...semua orang berubah.." Dan tertawa,"Ayo lanjutin kerja.."ajaknya pada Yudi yang dirasanya ingin melontar tanya.
Kalau dia masih seperti dulu, dia pasti sangat tertutup, cewek misterius itu, sempat membuatku mati kutu, hanya dengan caranya memandangku, always miss you.

                    ***  

Dan, setelah 20 tahun kita ketemu lagi, seperti mimpi rasanya, apakah kita pernah dekat?..tanyamu  yang gak mungkin terjawab, karena benang merah itu tak pernah sempat terlihat, entah apa yang dipikirkanmu tentangku, tapi satu hal yang pasti, rasa itu ada padaku dan tak pernah pergi, terbungkus dengan rapi, tersimpan aman tak terganti, mungkin rasa itu hanya milikku.
Dan, aku memang membangun jarak dengan dunia, tidak berani membuka diri, karena ku tidak punya tempat untuk berbagi, teman sejati itu hanya topeng Dan, tidak ada yang namanya sahabat!...aku tidak pernah merasa punya. Sendiri itu lebih baik.

                                                                                                                 2U

Dan...membaca tulisan itu berulang-ulang, balasan pesan dari cewek misterius itu mengganggu perasaannya, dia menyukaiku dulu, kenapa aku ragu, aduhh, Dan kembali membaca tulisan itu, aku akan meneleponmu biar semuanya pasti, biar rasaku tidak lagi menjadi teka-teki yang basi.


                    ***

#inspired: DA >noroyalty