Kamis, 18 April 2013

Sketsa wajah

Wanita itu tersenyum, gaun merahnya melambai tertiup angin, memperlihatkan kakinya yang mulus dan putih, Didi mendekat lalu mendekapnya erat, melumat bibirnya dengan hasrat rindu yang dalam, tanpa memperdulikan waktu dan tempat.
"Kenapa lama sekali sayang?" tatapan Didi penuh selidik, cemburu.
"Ini juga sudah cepat sayang" suara wanita itu mendesah manja, pemuda tampan di depannya miliknya, hanya miliknya, walaupun gosip malam beredar kencang  pemuda tampan ini milik seseorang selain dirinya.
Wanita itu memandang lelaki tampan yang masih tertidur pulas dan tampak kelelahan karena rindu membara yang baru saja mereka tuntaskan,  tangannya mengelus wajah pemuda itu, wajahmu masih sama seperti dulu, padahal sudah lima puluh tahun berlalu, kau kembali untukku kan?..wanita itu lalu menghilang seiring azan subuh berkumandang.

                    ***

Didi membuka matanya, cahaya matahari membuatnya terbangun, telat lagi, gara-gara mimpi itu..ini sudah yang ke tiga kalinya, siapa wanita itu? kenapa aku merasa sangat kenal dan menyukainya. Didi bergegas, aku harus memeriksa lahan, semoga kali ini lahan itu cocok untuk menanam kopi, biar aku bisa segera pulang, Didi menghela nafas, baru empat hari di sini tapi rasa rindu pada Dewi istrinya sudah menumpuk dan seakan memanggilnya untuk segera pulang ke tempat asal, tapi kalau malam tiba rasa itu malah hilang.

                   ***

Setelah urusan kerjaan selesai, Didi dan anggota timnya berniat mengambil foto, pilihan mereka jatuh pada rumah kayu di atas bukit, pemandangan di atas bukit itu pasti indah, dengan ditemani pak Ju penduduk lokal, rombongan kecil itu mulai mendaki.
"Rumah siapa itu pak?" Didi bertanya dengan penasaran.
"Itu rumahnya eyang Putri saya pak Didi"
"Gak ditempati?"
"Kosong pak sejak eyang meninggal, tapi seminggu sekali pasti saya bersihin"

Rumah kayu ini benar-benar nyaman,  Didi merasa sangat senang, tiba-tiba matanya menatap lukisan sketsa wajah di dinding ruang depan, wanita ini sepertinya aku kenal,"Itu sketsa wajah eyang saya pak, yang ngelukis pacarnya eyang, waktu mereka masih muda-muda dulu, tapi gak jodoh kali pak, eyang saya yang satu ini hingga meninggal tidak menikah, katanya sih masih menunggu pacarnya yang mengadu nasib di kota".
"Siapa nama pacarnya?"
"Pandi S, katanya sih, pelukis terkenal itu"
Didi terkejut dalam diam, itukan nama Opa, dan wanita itu, adalah wanita yang selalu hadir dalam mimpinya.

***
Latihan FF




Tidak ada komentar:

Posting Komentar